08 April 2012

3 Types of Programmers and Software Engineers

Mengobrol beberapa saat sambil mengisi waktu luang, ada pelajaran berharga dan informasi menarik yang saya dapat dari seorang teman tentang programmer dan software engineer. Sedikit catatan walaupun sekilas programmer dan software engineer pekerjaannya mirip tapi sebenarnya masing-masing memiliki fokus dan pendekatan sendiri-sendiri. Programmer membuat aplikasi dengan fokus pada struktur coding dengan pendekatan bahasa pemrograman tertentu. Sedangkan software engineer lebih fokus pada struktur makro aplikasi dan fungsi-fungsi yang berjalan di dalamnya. Terkadang di lapangan banyak kita jumpai programmer juga merangkap sebagai software engineer dan sebaliknya, sehingga perbedaan di antara kedua job description tersebut sangat tipis. (CMIWW)

Kembali ke pembahasan mengenai tipe seorang 'programmer' (saya sebut salah satu saja biar singkat). Berdasarkan sifat aplikasi yang dibuat dan penerapannya, programmer dibagi menjadi 3 tipe:
  1. Desktop Programmer. Programmer tipe ini umumnya sangat kreatif dan senang mempelajari hal-hal yang baru. Mereka senang mencoba-coba membangun dan mengembangkan aplikasi yang sederhana namun manfaat dari aplikasi tersebut hanya dirasakan oleh dirinya sendiri atau hanya sebagian kecil orang yang ada disekitarnya, seperti halnya aplikasi desktop pada komputer. Mereka tidak terlalu peduli terhadap fungsi security dari aplikasi yang dibangun, karena sebenarnya aplikasi tersebut dirancang untuk digunakan oleh dirinya sendiri saja. Kira-kira sekitar 50% orang yang menyebut dirinya programmer sebenarnya adalah seorang Desktop Programmer. 

  2. Enterprise Programmer. Programmer tipe ini banyak kita jumpai di perusahaan IT atau pengembang aplikasi. Dibandingkan dengan Desktop Programmer, programer tipe ini sudah lebih ahli dan terampil dalam membangun dan mengembangkan suatu aplikasi. Aplikasi yang dibangunnya pun banyak digunakan untuk mendukung operasional perusahaan-perusahaan. Ciri-ciri aplikasinya bekerja dalam suatu private network (intranet) dan sudah memiliki faktor security, namun security disini masih sebatas pada untuk mencegah adanya kesalahan dari manusia (human error) dalam mengoperasikan aplikasi tersebut. Karakteristik lainnya, walaupun digunakan secara luas oleh banyak orang, namun jumlah pengguna aplikasi di level enterprise ini sebenarnya masih dapat diestimasi dan diperkirakan beban trafiknya, sehingga hampir tidak ada isu traffic overload. Kira-kira sekitar 40% dari programmer yang ada berperan sebagai seorang Enterprise Programmer.

  3. Internet Programmer. Programmer tipe ini sangat sedikit jumlahnya. Agak sulit membedakannya dari sisi orang atau programmernya, namun kita dapat melihat dari aplikasi yang sudah dibangun. Seorang Internet Programmer sangat memperhatikan unsur security dalam aplikasi, sehingga aplikasi yang dibangunnya cukup secure bahkan jika aplikasinya bekerja dalam public network (internet). Security yang didesain tidak hanya dari unsur human error, namun juga perlindungan dari ancaman hacking atau cracking dari pihak lain yang tidak kita ketahui. Karakteristik lainnya, aplikasi yang dibangunnya cukup reliable, artinya dapat diakses oleh orang yang sangat banyak dalam waktu yang bersamaan dari seluruh dunia melalui internet dan tetap berfungsi dengan baik. Perlu ilmu dan teknik tersendiri untuk membangun aplikasi yang reliable, mulai dari analisa perhitungan beban trafik sampai pendeteksian ancaman hacking atau cracking dari pihak lain, karena jika aplikasi tersebut bekerja dalam public network (internet), maka user pengguna aplikasi tersebut akan sangat luas, tidak dikenal dan jumlahnya bisa menjadi tak terbatas -sangat banyak sekali-. Melihat dari banyaknya berita tentang situs yang di-hack atau sistem yang crash di internet, diperkirakan mungkin Internet Programmer jumlahnya tidak lebih dari 10% dari programmer yang ada di dunia
Ketiga tipe programmer di atas memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan hidup di dunia yang berbeda-beda pula. Sekarang tergantung kita ingin menjadi seperti yang mana. Have a nice coding ;D.
»»  READMORE...

Phenomenon of Meeting (Rapat Anggota)

Siapapun yang pernah ikut dalam salah satu organisasi (unit kegiatan) mahasiswa di kampus atau tergabung dalam suatu organisasi serikat karyawan atau koperasi di lingkungan kantor pasti tahu yang namanya Rapat Anggota. Biasanya rapat anggota diadakan ketika ada pergantian pengurus atau perubahan AD/ART organisasi. Kalau di organisasi kemahasiswaan di kampus, rapat anggota mungkin intensitasnya lebih sering, seperti penerimaan anggota baru, sosialisasi kegiatan tahunan, laporan pertanggungjawaban kegiatan biasanya dilakukan bersama dengan rapat anggota. Selain jumlah anggota lebih sedikit, konsentrasi massa yang terpusat lebih memudahkan organisasi kemahasiswaan di kampus untuk melaksanakan rapat anggota.

Walaupun berbeda tempat, waktu dan generasi -satu di kantor dan yang satu di kampus- namun kendala yang sering dihadapi tidak jauh berbeda, yakni masalah 'keikutsertaan anggota'. Saya tulis 'keikutsertaan' karena banyak kejadian menunjukkan bahwa kehadiran seseorang secara fisik tidak menjamin bahwa dia ikut serta dalam kegiatan tersebut. Semua pengurus organisasi pasti berfikir keras memikirkan bagaimana cara untuk menarik minat dan keikutsertaan anggota. Uniknya adalah disini. Cara organisasi di kantor dan di kampus untuk menarik massa sangat jauh berbeda. Jika waktu di kampus kita berusaha diajak untuk tampil idealis dan aktif dalam gerakan kemahasiswaan, saat di lingkungan kerja (kantor) hal itu berubah. Di sini para karyawan tidak tertarik untuk tampil idelis, bagi mereka masih ada banyak hal yang lebih prioritas. Namun ada satu hal yang mampu menarik massa karyawan yang cukup besar yaitu 'Doorprize' ($.$)

Tanpa ada maksud untuk menjelek-jelekan, namun kenyataan di lapangan bahwa fokus isu yang ada di benak 'mahasiswa' dan 'karyawan' sangat berbeda. Jiwa mahasiswa masih mencari jati diri, menginginkan pengakuan dari banyak pihak tentang eksistensinya di kampus. Tapi orang pada level karyawan (apalagi yang sudah sepuh) tidak berpikir untuk mencari jati diri lagi, waktu mereka sudah cukup terkuras untuk memikirkan bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya sehari-hari. Sedikit peluang untuk mendapatkan 'doorprize'  bagi mereka seperti secercah sinar untuk meringankan beban hidup mereka.

Perubahan lingkungan dari kampus ke kantor yang saya alami saat ini pun perlahan tapi pasti harus diikuti dengan perubahan pola pikir dari kehidupan mahasiswa ke kehidupan kantor. Jadi sudah saatnya kita 'menunggu doorprize' $.$.
»»  READMORE...