Suatu hari, seorang Profesor
kedatangan beberapa orang mantan mahasiswanya yang sudah bekerja dibeberapa
perusahaan. Mereka bermaksud mengeluhkan dan meminta nasehat kepada sang
Profesor yang dikenal bijak itu terkait beberapa persoalan yang mereka hadapi
ditempat kerja mereka. Setelah mereka dipersilahkan duduk, sang Profesor masuk
ke dapur dan kembali dengan seteko kopi panas. Menariknya, beliau membawa
cangkir yang bermacam-macam jenis dan bahannya, ada cangkir yang terbuat dari
kristal yang cantik, dari bahan beling kaca, logam, melamin, bahkan ada cangkir
yang terbuat dari bahan plastik yang nampak murahan dan tidak menarik.
“Silahkan kalian tuang
kopinya sendiri ya… “ ujar sang Profesor ramah. Setelah
mereka menuangkan kopi ke cangkirnya masing-masing, beliau berkata, “
Kalian telah memilih cangkir yang cantik dan bagus, dan sekarang yang tersisa
hanyalah sebuah cangkir yang tidak menarik. Memilih yang terbaik adalah hal
yang wajar dan sama sekali tidak tercela, namun dari situlah awal munculnya
masalah yang sering kita semua hadapi”.
Melihat
mereka nampak bingung, sang Profesor pun menjelaskan maksudnya, “Ketika
kita tidak mendapatkan cangkir yang bagus, perasaan kita menjadi terganggu,
perasaan kita menjadi tidak nyaman. Kita mulai melirik cangkir yang dipegang
orang lain dan membanding-bandingkan dengan cangkir yang kita pegang. Pikiran
kita pun terfokus pada cangkir itu dan melupakan kopinya, padahal yang
sesungguhnya yang kita nikmati bukanlah cangkirnya, melainkan
kopinya….!”
------------***
Kawans, dalam kehidupan nyata,
cangkir itu mewakili pekerjaan, posisi, jabatan, kekayaan, dan aksesoris/
perhiasan hidup lainnya dalam kehidupan kita, sedangkan kopi, justru itulah
kehidupan yang sebenarnya. Jangan biarkan cangkir yang hanya wadah dan
aksesoris mengurangi harum dan nikmatnya kopi. Seseorang boleh saja menaruh
kopinya dalam cangkir kristal yang mewah, namun belum tentu ia dapat
menikmatinya. Artinya, boleh jadi seseorang memiliki jabatan tinggi dan harta
melimpah, namun belum tentu ia dapat hidup tenang tanpa tekanan serta dapat
tidur dengan nikmat dan pulas seperti yang sering kita lihat pulasnya tidur pada
kebanyakan ‘orang-orang biasa’.
Menjadi orang bahagia tidaklah
sulit, dan juga tidak membutuhkan biaya yang tinggi. Jika kita mau, bahagia itu
dapat kita wujudkan saat ini juga, karena memang pada dasarnya setiap kita
memiliki semua syarat yang dibutuhkan untuk menjadi bahagia, tinggal bagaimana
kita mampu menemukan, menyadari, memunculkan dan mewujudkannya. Dan kita tidak
pernah mengijinkan kerikil-kerikil kecil merenggut dan membatalkan kebahagian
yang kita impikan.
Cerita ini saya kutip dari sharing di milis tetangga. Terima kasih pak Trisno Mei atas sharingnya.